SERAKAH MEMBAWA PETAKA
As-Syuhhu atau serakah adalah bakhil
atau kikir yang disertai sifat tamak. Bahaya yang akan ditimbulkan dari
sifat serakah ini adalah saling berebut harta dan kedudukan di antara
orang-orang. Yang diawali dengan saling curiga, saling fitnah,
saling bersaing dalam hal menumpuk harta, saling jegal, sampai bisa
terjadi perkelahian, tawuran, bahkan pertumpahan darah. Bahaya lain yang
ditimbulkannya adalah menghalalkan segala cara demi memenuhi sifat
serakah, dan rakusnya itu, tanpa menghiraukan aturan halal dan haram
serta aturan negara.
Melihat fakta kehidupan kita sekarang ini, banyak orang yang senang mencari rezeki
dengan cara haram. Mungkin dengan cara korupsi, suap-menyuap, rentenir,
dengan cara menjilat, bahkan dengan cara yang kasar atau kekerasan
sekalipun. Semua ini didorong oleh nafsu keserakahan yang terjadi di
mana-mana, menjalar serta mewabah pada seluruh sektor kehidupan, baik
dalam urusan birokrat, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, bahkan
sampai ke urusan agama.
Fakta-fakta inilah yang perlu kita renungkan. Kita wajib muhasabah, introspeksi, mawas diri karena mungkin saja keserakahan itu dilakukan oleh diri kita sendiri. Segeralah istighfar dan mohon perlindungan kepada Allah SWT. Sebagai bahan renungan, ada baiknya kita perhatikan dan resapi, serta tindak lanjuti nasihat Rasulullah SAW. kepada Suwaid Al-Azdi, ketika ia menghadapi Beliau untuk meminta nasihat.
Sebagaimana dikisahkannya, "Saya adalah orang yang ketujuh di antara tujuh orang utusan kaumku untuk menghadap Rasulullah SAW. Sesampainya di rumah Rasul, kami berbincang-bincang dengan Beliau. Lantas Beliau bertanya, 'Siapakah kalian ini?' Kami menjawab, 'Wahai Rasul kami orang-orang beriman.' Rasul bersabda, 'Setiap yang diucapkan itu harus sesuai dengan faktanya. Coba buktikan kebenaran ucapanmu dan buktikan pula kebenaran imanmu.' Kami menjawab, 'wahai Rasul, kami telah mengimani rukun iman, dan kami telah melaksanakan rukun Islam, dan kami telah melaksanakan lima akhlak
yang baik semenjak zaman jahiliah. Jika engkau berkenan kami akan terus
melaksanakannya, dan jika tidak, kami akan meninggalkannya. Adapun yang
lima itu adalah, kami selalu bersyukur kepada Allah jika mendapat kenikmatan, bersabar jika ditimpa musibah, rela menerima takdir
baik atau buruk, jujur dan teguh pendirian ketika berhadapan dengan
musuh di waktu berperang, dan tidak pernah curang terhadap lawan."
Rasul bersabda, "Jika benar apa yang engkau katakan, maka engkau termasuk orang-orang yang bijaksana, termasuk ulama dan fukaha,
bahkan mendekati sifat-sifat kenabian. Tapi untuk lebih sempurnanya
lagi, apa yang dilakukan kalian, aku akan tambahkan lagi lima perkara,
yaitu,
- Janganlah kalian mengumpulkan sesuatu yang kalian sendiri tidak sempat untuk memakannya.
- Janganlah kalian membangun sesuatu yang sebetulnya kalian tidak akan dapat menempatinya.
- Janganlah kalian berlomba-lomba pada sesuatu yang kalian sendiri pada keesokannya akan kehilangan.
- Bertakwalah kepada Allah yang kalian akan kembali kepada-Nya, dan kalian akan dihisab di hadapan-Nya.
- Dan besemangatlah kalian pada sesuatu yang oleh kalian akan didahulukan (bagi bekal akhirat) nanti dan pada kalian dikekalkan."
Inti dari nasihat Rasullullah SAW. di atas, menurut para ulama
adalah jangan menjadi orang yang serakah. Alangkah ruginya kalau hidup
hanya mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala
cara. Lalu kita gunakan sekadar untuk kenikmatan sesaat, untuk secuil
kemegahan yang semu. Sampai nekat atau berani melanggar ketentuan Allah atau Rasul-Nya
dan meningalkan kewajiban agamanya. Setelah hartanya menumpuk ternyata
tidak bisa dimanfaatkan. Jangankan untuk orang lain, untuk dirinya
sendiri tidak sempat dinikmatinya. Akhirnya, disedekahkan tidak, dihadiahkan tidak, dinikmati sendiri juga tidak. Sungguh rugi, yang tinggal hanya capek, dan hati yang galau tidak menentu, akhirnya stres.
Tren masa kini
banyak orang membeli tanah seluas-luasnya, lalu dibangun bangunan
sebanyak-banyaknya, tetapi akhirnya tidak dapat ditempati olehnya.
Dijual tidak laku karena harganya mahal, dipakai orang lain juga tidak,
disedekahkan apalagi. Ujung-ujungnya rumah yang dibangun itu berantakan tidak terurus, mubazir.
Untuk apa
berlomba-lomba pada sesuatu yang pada akhirnya akan hilang. Hilang
karena disita yang berwajib karena melanggar hukum. Atau hilang karena
jabatan dilengserkan karena tidak bisa melaksanakan amanat. Padahal, modal semula sangat besar dan dalam persaingan yang sangat ketat.
Sesungguhnya ajaran Islam
tidak melarang hidup bergelimang dengan kemegahan, bahkan kita
diperintahkan untuk bekerja keras mencari harta, ilmu, pengaruh, juga
kedudukan. Asalkan semua yang kita usahakan itu dalam rangka mencari ridha Allah dan berada dalam koridor nilai-nilai kebenaran.
Nasihat Rasulullah SAW. kepada Suwaid al-Azdi dan teman-temannya, yang intinya nasihat untuk kita umatnya, agar kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, karena semuanya akan berpulang kepada-Nya, dan diminta tanggung jawabnya. Rasul memerintahkan kita agar berlomba-lomba dengan penuh semangat dalam hal-hal kebaikan, yaitu beramal saleh sebanyak-banyaknya untuk mempersiapkan bekal kelak di akhirat. Mesti diingat pula bahwa dunia dengan segala kesenangannya adalah fana, tidak kekal abadi.
Semoga kita dijauhkan dari sifat serakah yang hanya mendatangkan petaka yang jauh dari keberkahan dan hanya mendatangkan murka Allah SWT. Sebagaimana diingatkan Allah dalam salah satu firman-Nya,
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
Hatta itha jaa ahadahumu almawtu qala rabbi irjiAAooni LaAAallee aAAmalu salihan feema taraktu
Ada orang yang
sangat menyesal saat maut menjemput, hingga orang tersebut berteriak, Ya
Tuhanku, kembalikan rohku ke dunia, agar aku bisa berbuat amal saleh. (QS. Al Mukminun: 99-100)
Penyesalan yang sia-sia. Nau'dzubillahi mindzalik!
Wallahu 'Alam.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar