SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG - SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT

Minggu, 05 Juni 2011

Membentuk Mental Berkarakter ( Menuju Manusia Merdeka )





5. Sikap dan Kepribadian
5.1. Pembahasan Tentang Arti Sikap
Arti sikap membaca dari berbagai literatur yang dikemukakan para ahli tentang perkembangan dan pengembangan Sumber Daya Manusia dapat penulis simpulkan sebagai berikut Sikap adalah suatu keadaan yang tampak pada manusia yang ditunjukkan dalam bentuk perilaku nyata berupa perbuatan, dan ucapan. Atau reaksi yang timbul karena adanya rangsangan atau dorongan dari dalam dirinya atau dari luar dirinya. Yang tergambar dalam wujud karakter, kepribadian, dan kebiasaan atau adat kebiasaan seseorang. Sikap merupakan sesuatu hal yang ada pada manusia yang dapat dirubah, dikembangkan, dan dikelola.
Kenapa isi dari Dalil Kitab Ma’dinil Ma’lumat yaitu 12 Unsur Sikap Dasar Kemanusiaan dan 3 Landasan Sikap Dasar Kemansuiaan disebut juga dengan Struktur Dasar Kemanusiaan. Pada Kenyataannya untuk mencapai suatu tingkatan tertentu manusia memerlukan langkah – langkah secara bertahap, maka sistematika susunan dalam struktur dasar kemanusiaan sudah tertata sedemikian rupa mengikuti aliran sistem saraf kemanusiaan.
Sedang 3 Landasan Sikap berfungsi sebagai pengendali kemanusiaan agar tidak bertindak melewati batas kemanusiaanya sehingga lupa kedudukan sebagai makhluk seperti yang alinnya di dunia ini. Disamping juga ingat sebagai makhluk ber-Tuhan, yang selalu mengharap Tuntunan dan Bimbingan-Nya sehingga segala kesulitan dunia bisa di atasi.
Melihat kenyataan – kenyataan yang ada sebagai makhluk berakal tidaklah patut selalu beralasan dan berdalih setiap kali mengalami kegagalan dan kebangkrutan, coba kita cermati dengan seksama betapa semua kesalahan dan kekeliruan itu berpangkal dan kembali kepada diri kita masing – masing. Sekarang contoh kasus tidak bisa hadiri undangan karena kehabisan tiket pesawat, mana ada tiket habis yang ada itu gak kebagian jatah tiket saat hari dan jam tertentu, itu kan salah sendiri kenapa gak pesan jauh hari sebelumnya. Makannya disini peran tanggap dan tidak gampang menganggap sepele (Ojo Dumeh) situasi memegang peran penting.
Jadi sekali lagi kebiasan berdalih, beralibi, dan banyak alasan jauhkan jauh – jauh dari diri kita, kalau memang salah akuilah salah itu akan memudahkan langkah kita selanjutnya. Dan hanya orang yang mengakui kesalahan yang akan mendapat tuntunan dan bimbingan Tuhan untuk bisa keluar dari segala kesulitan yang dihadapi. Kalau mau mencermati dalam keseharian kita berapa kesalahan yang telah kita perbuat, ayo kita mulai dari jadwal pagi seharusnya bangun jam 05:00, kenapa bangun jam 06:00 baju seragam kerja belum disetrika akhirnya telat berangkat kerja (alasanya menyetrika). Lagi saat nganggur di rumah sudah tau istri sibuk mencuci dan bersih – bersih rumah diam saja tidak beranjak untuk membantu, saat diingatkan istri untuk ngambil jemuran malah marah – marah (terus ini salah siapa).
Dan kebiasaan beralasan dan berdalih dengan berbagai alibi hanya akan mematikan dan melemahkan sikap dasar kemanusiaan yang kita miliki serta sifat – sifat positif lainnya.
Sebelum melangkah lebih jauh kita perlu memahami dulu perbedaan tujuan dan perangkat kemanusiaan dalam kaitannya dengan praktik unsur sikap, agar tidak terjadi salah pengertian yang mungkin akan berdampak tujuan itu sendiri tidak dapat kita raih. Contoh untuk memberi gambaran apa arti sikap (sebagai perangkat) dengan apa arti tujuan adalah pertanyaan berikut ini, untuk memperoleh kepercayaan orang lain, apa sikap yang harus dimiliki?. Sangat jelas disini tujuan yang ingin diraih adalah memperolah kepercayaan, sedang sarana untuk memperoleh kepercayaan yang harus dimiliki adalah sikap jujur. Jadi jujur adalah salah satu wujud dari sikap yang merupakan sebuah sarana untuk mencapai suatu tujuan yaitu agar menjadi orang yang dapat dipercaya.
Pada intinya sikap yang berbentuk perilaku nyata yang ditunjukkan oleh manusia adalah merupakan manifestasi wujud pengamalan dari proses spiritual peribadatan dan dari pemahaman keilmuan yang dimiliki dan dipraktekkan. Sebab salah satu tanda atau bukti yang dapat dilihat hasil dari peribadatan keagamaan seseorang diterima dan tidaknya oleh Tuhan YME, melalui aktualisasi perilaku nyata yang dia lakukan dalam kehidupan sehari – hari sudah selaras atau belum dengan tujuan peribadatan yang dia jalankan. Sudahkah selaras dengan ketentuan moral, dengan ketentuan hidup yang beradab, dan dengan ketentuan berperilaku yang berbudi pekerti luhur. Sedang tanda orang yang pandai bersyukur kepada Tuhan YME adalah orang yang pandai menghargai dan mensyukuri jasa orang lain.
Dan tanda orang yang ikhlas adalah orang yang tidak pernah memiliki rasa pamrih atas tindakan yang lakukannya. Bukti dari perilaku yang tidak mengenal pamrih adalah tidak pernah mengharapkan sanjungan dan pujian, dan tidak takut cacian serata tidak takut kehilangan sesuatu diluar dirinya. Orang yang sabar adalah jika nasehatnya tidak didengar tidak marah-marah, teguh dan konsekuen dengan pendiriannya, tidak berbelok arah (tujuan/niat) ketika mendapat tekanan, dan kuat menahan tekanan hidup (tidak berkeluh kesah yang berlebihan/sampai lupa diri).
5.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman Arti Sikap dan Kepribadian
Bersikap sederhana dalam segala hal dengan dilandasi jiwa konsisten dan konsekuen di dalam meniti tujuan dan keinginan yang dicitakan hingga tercapai memerlukan beberapa faktor sikap antara lain :
Keterbukaan, faktor keterbukaan merupakan faktor yang teramat penting di dalam hal mencari dan menemukan pilihan yang tepat di dalam menentukan pilihan hidup. Hal ini akan mendorong seseorang siap menerima berbagai masukan yang secara otomatis akan mempengaruhi cara pandang dari sebelum menerima masukan. Dan bukti yang tidak bisa dipungkiri oleh manusia adalah bahwa Tuhan YME menciptakan kelebihan yang berbeda pada tiap – tiap makhluk yang diciptakan-Nya.
Kesiapan menerima berbagai masukan baik langsung atau tidak langsung secara otomatis akan meningkatkan ketajaman sikap Tanggap semakin mematangkan ketangguhan yang dilakukan dan menjadikan pilihan akhir yang diambil semakin sempurna (tanggon).
Dengan keterbukaan kita akan semakin pinter (memiliki kekayaan kasanah berfikir) yang membuat diri kita semakin tatag/berani karena memiliki dasar yang komplit dan kuat sehingga dalam bertindak akan lebih mengutamakan kewarasan sebab semakin tahu mana yang bersifat merusak dan mana yang bersifat membangun.
Kemampuan berinteraksi secara terbuka menambah kaya pengalaman/pinter, karena kaya pengalaman menjadikan pekerjaan yang dilakukan selalu pener/tepat sasaran, sudah merasakan nikmatnya membiasakan hidup teratur mengikuti tatanan menjadikanya semakin peduli untuk terus berpacu meningkatkan kualitas dirinya/kober.
Sifat keterbukaan secara otomatis akan memaksa diri tanpa diminta meningkatkan kualitas cara dalam pergaulan sehingga akan tertanam dalam dirinya sikap Unggah-ungguh tidak akan berbuat sesuatu sebelum diperhitungkan secara seksama baik buruknya, akan menjadikannya semakin paham bahwa dalam pergaulan harus ada timbal – balik (menerima-memberi, hormat-menghormat, dll) atau Sopan-santun, dan semakin membuat dirinya sadar bahwa dalam kebersamaan dan pergaulan tidak mungkin memaksakan kehendak atas orang lain, sehingga merelakan berkompromi dengan aturan diluar dirinya atau bersepakat dengan orang lain atau Tata-krama.
Namun kesadarannya sebagai manusia yang masih membutuhkan orang lain dan masih terus membutuhkan Taufiq dan Hidayah dari Tuhan-nya dia tidak pernah melupakan untuk bertindak dan bersikap Ojo Dumeh, Ojo Kaduk Ati, dan Ojo Kegedhen Rumongso.
Jauhi Ke-Taklit-an (pembeo), manusia dikodratkan oleh Tuhan YME untuk berikhtiar dalam rangka meraih semua keperluan dan kebutuhan hidupnya lahir dan batin dengan mempercayai diri sendiri. Yakni meyakini sepenuh hati bahwa Tuhan YME melalui para Malaikat-Nya pasti membalas atau mengganjar bagi siapa saja yang mau berusaha dengan sungguh – sungguh mewujudkan apa yang dicita – citakan.
Kalau diperhatikan dengan seksama aturan – aturan yang berlaku bagi manusia digolongkan menjadi dua menurut asal kejadiannya. Yaitu ketentuan (pedoman) yang datang dari Tuhan YME (Wahyu / Ilham) dan kedua ketentuan (pedoman) yang berasal dari hasil olah pikir manusia yang telah disetujui dan disepakati bersama. Ketentuan Tuhan YME di dapat melalui orang – orang pilihan atau para utusan Tuhan YME dan juga bisa dilihat dari ketetapan mengenai keteraturan ciptaan-Nya.
Sedang ketentuan yang merupakan hasil dari olah pikir manusia, yaitu berupa ketentuan yang berasal dari berbagai sumber informasi yang didapat oleh masing – masing individu yang telah bersepakat untuk menjadikan hal tersebut sebagai peraturan bersama.
Untuk ketentuan hasil kesepakatan antar manusia semua manusia mempunyai hak sama untuk saling melengkapi dan mengoreksi. Pada setiap ketentuan Tuhan YME mengandung kepastian yang sangat logis dan sangat masuk akal (bagi yang sanggup menjelaskan secara penalaran) dan ketentuan Tuhan YME itu sangat mutlak tidak terbantahkan.
Jadi untuk mendapatkan suatu keyakinan terhadap sesuatu (agama dan lain-lain) tidak bisa hanya didasarkan dari sekedar mengikuti kepercayaan orang – orang terdahulu. Namun harus berupaya semaksimal mungkin bahwa keyakinan yang diperoleh merupakan hasil pemahaman yang memiliki bukti dan dasar yang jelas.
Ketaklitan akan membunuh jiwa inovasi dan kreativitas karena akan membentuk mental yang cenderung menggantungkan pada orang lain, takut bertindak tanpa rekom dari orang lain, yah hidup hanya mengalir begitu saja (takut dengan resiko), dan pada gilirannya kepercayaan pada kemampuan diri sendiri melemah.
Dampak yang diakibatkan ketaklitan yang membabi buta akan tumbuh subur kejumudan dalam beragama terus berimbas pada menjadi tukang rekayasa (mengada – ada) karena gak mampu menunjukkan bukti konkrit. Kecenderungan orang taklit antara lain menganggap kiasan itulah agama atau agama ya kiasan, maksudnya orang macam ini gak akan pernah mampu membedakan kiasan dengan kenyataan. Kalaupun dimintai pendapat pasti rekaya jawaban yang akan diberikan, persoalannya ya tadi dia gak pernah mampu menemukan bukti konkrit.
Kemerdekaan (tidak ada doktrinasi), kesadaran bahwa sama – sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME, memiliki hak yang sama dalam cara memperoleh dan menentukan keyakinan yang harus diikuti. Doktrin keagamaan atau lebih - lebih doktrinasi tentang suatu paham golongan harus dihindarkan. Tindakan dan perlakuan doktrinasi terhadap sesama, sama artinya melakukan pengebirian atas kemerdekaan sejati manusia yang telah diberikan oleh Tuhan YME kepada setiap makhluk-Nya sejak dia dilahirkan.
Kita harus sadar kita hanyalah manusia bukan Tuhan dan bukan Dewa tidak memiliki hak dan kewenangan untuk memaksakan sesuatu kepada sesamanya termasuk dalam hal keyakinan. Seandainya kita tahu bahwa orang yang dipaksa untuk mempercayai sesuatu oleh seseorang dia akan menuntut kepada orang yang memaksa nantinya di alam hidup setelah mati. Buktinya silahkan cari sendiri makanya jangan banyak makan dan hanya mengejar kesenangan duniawi semata, biar mata batin tajam menerawang.
Manusia satu dengan manusia lainnya hanya diperintahkan untuk saling memberikan penyadaran berupa memberi peringatan, nasehat, dan memberi informasi atau berita. Keyakinan, kepercayaan, dan ketundukan yang diperoleh dari hasil doktrinasi, tekanan dan paksaan tidak akan pernah memberikan dampak dan nilai positif sama sekali baik bagi yang memaksa atau yang dipaksa. Yang diperoleh hanyalah sesuatu hal semu yang tidak mendatangkan dan menggugah kesadaran manusia untuk bertindak dan berbuat lebih jauh atas apa yang dipercayai selain hanya karena terpaksa.
Jiwa yang merdeka adalah tempat tumbuh suburnya ide dan pemikiran, karena jiwa yang merdeka mampu membebaskan diri dari tekanan hidup yang menghimpitnya, mampu keluar dari bayang – bayang kelebihan orang lain terutama orang – orang yang dikagumi dan diidolakan. Dan berani keluar dari pemikiran – pemikiran umum yang dianggapnya menyimpang dari jalur yang semestinya. Yang pada akhirnya penanaman Struktur Dasar Kemanusiaan benar – benar bisa maksimal dan dijiwai.
Pengorbanan, jerbasuki mawa byo bahwa yang dinamakan pengorbanan tidak hanya pengorbanan yang berupa materiil namun juga pengorbanan non-materiil. Dalam proses manusia mencari dan menemukan suatu pilihan hidup akan membutuhkan suatu pengorbanan sekecil apapun pengorbanan yang dikeluarkan atau dilakukan. Contoh kongkrit pengorbanan yang Anda lakukan untuk sekedar makan, Anda harus mempersiapakan, dan memasak dan selesai makan Anda juga harus berkorban membersihkan tempat makan Anda.
Untuk memperoleh sikap Struktur Dasar Kemanusiaan hingga sejiwa dengan setiap langkah kita juga membutuhkan pengorbanan, seperti untuk mengasah sikap Tanggap kita harus sering dan selalu melontarkan pertanyaan kepada diri sendiri misalnya pertanyaan berikut : apa yang harus ku perbuat, apa yang telah ku perbuat, saya harus bagaimana, sudah sampai mana saya melakukannya, dan seterusnya. Kemudian juga membiasakan pertanyaan macam ini misalnya : kenapa ini begini dan begitu, kenapa harus hormat, dan kenapa yang lain, hingga mendapatkan jawaban yang benar – benar ada dasar pijakannya atas semua yang dipertanyakan.
Sekarang sudahkah pengorbanan yang kita lakukan itu sepadan dengan apa yang diharapkan. Karena untuk meraih sesuatu ibarat kita membeli barang sudahkah biaya yang kita keluarkan sepadan dengan nilai barang yang diinginkan. Semakin berkualitas suatu barang atau keinginan yang hendak diraih tentulah biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan akan semakin besar.
Menjadi Diri Sendiri, Belajar menjadi diri sendiri dengan menghargai keberadaan diri kita dengan segala pemberian yang telah diberikan oleh Tuhan YME. Yakni memanfaatkan dan menggunakan semaksimal mungkin akal budi kita sehingga tidak gampang mempercayakan keyakinan terhadap seseorang atau sesuatu yang belum jelas benar bukti dan faktanya.
Kebiasaan menakut – nakuti diri sendiri dengan sesuatu hal yang belum jelas keadaanya, keberadaannya, dan kebenarannya harus dibuang jauh – jauh. Serta jauhkan diri kita dari kebiasaan membatasi hak berkarya kita (mengeluarkan ide), hak berfikir kita, hak menentukan prinsip bagi diri sendiri, dan hak mengeluarkan segala kemampuan yang kita miliki. Di karenakan kita terlalu terpaku pada paham yang belum pasti dan terbukti kebenarannya, kita menjadi buta pada suatu kebenaran. Cobalah berdialog dengan diri sendiri, dengan siapa saja, dan dengan alam semesta untuk mencari jawaban atas apa yang ada pada diri kita, hingga menemukan suatu kepastian.
5.3. Membentuk Kepribadian Dengan Struktur Dasar Kemanusiaan
Mengingat banyaknya ilmu pengetahuan yang membicarakan mengenai metode tentang mengembangkan sumber daya manusia dengan berbagai latar belakangnya. Yang kesemuanya bertujuan ikut berperan dalam rangka menjembatani dalam hal pemahaman akan arti sumber daya manusia dan maksud keberadaan diciptakannya manusia.
Apa yang sudah dikemukakan oleh para ahli di bidang masing – masing menjadi sumber inspirasi dan referensi bagi manusia yang lain di dalam menemukan pegangan hidupnya. Semua wacana yang ada menjadi tolok ukur akan kevalitan dan keabsahan dari suatu hasil penemuan dan menjadi perantara manusia di dalam memahami arti dan maksud dari Perintah dan Larangan Tuhan YME.
Yang dimaksud membentuk kepribadian dengan Struktur Dasar Kemanusian adalah membiasakan diri dalam setiap tindakan yang dilakukan tidak pernah lepas dari tahapan Struktur Dasr Kemanusiaan atau disesuakan dengan jenis pekerjaannya. Sehingga kebiasaan tersebut benar – benar dijiwai sampai menjadi suatu habit (budaya).
Berikut penjelasan dasar tentang arti 12 Unsur Sikap Dasar Kemanusiaan dan 3 Landasan Sikap Dasar Kemanusiaan.
5.3.1. Penjelasan 12 Sikap Dasar Kemanusiaan:
Tanggap (senstive feeling), reaksi yang timbul pada manusia akibat adanya stimulus/rangsangan dari dalam dirinya dan stimulus dari luar dirinya.
Tangguh, suatu reaksi manusia yang disebabkan reaksi sebelumnya (tanggap) atau proses berfikir dan merenung sesaat hasil menanggapi sesuatu yang menjadi tanggungjawabnya dan menuntut adanya suatu penyelesaian.
Tanggon, perilaku seseorang yang arif (tepat sasaran) dan bijak (pas/tidak kurang tidak lebih) dalam pengambilan keputusan akhir, hasil dari proses menanggapi dan menangguhkan (merenung).
Pinter, hasil dari proses belajar yang dilakukan seseorang terhadap suatu disiplin ilmu sehingga menguasai disiplin ilmu yang telah dipelajarinya.
Tatag, keberanian mewujudkan kepintaran yang telah dikuasai dalam wujud nyata.
Waras, tindakan seseorang dalam menerapkan keahlian (kepintaran) yang telah dikuasainya tidak bertentangan dengan aturan yang ada atau ditetapkan.
Pinter, suatu keahlian yang terlihat di dalam mempraktekkan suatu disiplin keilmuan yang telah dikuasai (pengalaman).
Pener, tindakan seseorang dalam menerapkan keahlian yang dikuasai tepat sasaran atau tindakan bukan atas dasar persepsinya sendiri.
Kober, kepedulian seseorang untuk terus berupaya menata diri dan lingkungan di mana dia berada, sehingga tidak melewatkan satu kesempatan terlepas dari dirinya.
5.3.2. Penjelasan 3 Sikap Dasar Kemanusiaan :
Kesadaran bahwa tidak mungkin melakukan suatu tugas, kewajiban, dan keperluan dapat dilakukan sendirian. Dan kesadaran bahwa apapun keadaan dan kondisi kita tidak dapat terlepas dari orang lain dalam proses pemenuhan kebutuhan yang kita butuhkan. Struktur Dasar Kemanusiaan mengajarkan pada manusia berkaitan dengan kesadaran untuk hidup sebagai makhluk sosial. Ada tiga hal pokok yang menuntun manusia menyadari keberadaan dirinya tidak mungkin terlepas dari orang lain, yaitu Unggah – ungguh, Sopan – santun, dan Tata – krama.
Ungguh-ungguh (Lot of rethingking and Perceived) / difikirkan dan dirasakan, suatu perilaku manusia yang dilakukan dengan penuh pertimbangan yang didasarkan dari nilai manfaat dan madlorot pada setiap tindakan, ucapan, dan keputusan yang hendak dilakukan. Tindakan yang didasari ketelitian, kehati-hatian dalam istilah jawa diunggahke didukke. Dengan kata lain berfikir dengan kepala dingin tidak emosi dlm bertindak.
Sopan-santun (Sense of Blance) / menerima-memberi, maksudnya kalau tidak mau terima cacian jangan mencaci, kalau tidak mau disakiti jangan menyakiti. Yang ditunjukkan dalam bentuk saling menghargai, saling menghormati terutama terhadap yang lebih tua atau yang dituakan. Juga mengandung maksud sebagai manusia jangan hanya mau menerima namun juga harus mau memberi, sehingga ada keseimbangan. Jika tidak imbang (lebih banyak menerima) resikonya kehilangan sesuatu diluar perkiraan.
Tata-krama (Mating Order), tata (tatanan/aturan) krama (kawin/sinkron/selaras) : jadi tata – krama perilaku atau tindakan manusia yang selalu menselaraskan tindakan yang dilakukannya dengan tatanan dan aturan main yang diberlakukan dimana dia bertempat atau berada. Tindakan seseorang yang sangat menjunjung tinggi tatanan kebersamaan antar manusia.
Hikmah yang bisa dipetik dari sikap dasar sosial agar manusia selalu menjaga keseimbangan hidupnya sehingga dapat bediri ditengah – tengah secara adil.
5.3.3. Penjelasan 3 Landasan Sikap Kemanusiaan:
Tiga hal pokok sebagai suatu pondasi atau dasar dalam menumbuhkan kesadaran yang tinggi pada manusia agar tidak lepas kendali, sehingga lupa diri akan jati diri kemanusiaannya.
Ojo Dumeh (tidak merasa diri punya kelebihan) : ojo (jangan) Dumeh (merendahkan,menyepelekan,meremehkan) kesadaran pribadi yang tertanam dalam hati dan fikiran untuk tidak menyepelekan dan merendahkan sesuatu apapun di dunia ini apalagi terhadap sesamanya. Jadi tidak memiliki sifat dan perilaku yang gampang menyepelekan segala sesuatu baik itu orang, benda, keadaan, dan makhluk yang lainnya.
Tanda orang yang sok dumeh (menyepelekan) banyak musuh, sembrono, sering melewatkan sesuatu hal penting hingga dia bangkrut, dijauhi orang – orang baik dan pilihan, tidak pernah ada peningkatan kualitas spiritual walau dia digelari kyai oleh santrinya dan yang meningkat hanya kemampuan merekayasa dan kemampuan berbohongnya.
Ojo Kaduk Ati (jangan tinggi hati/jangan mengumpat dalam hati) : Ojo (jangan) kaduk (mengumpat) ati (hati) dengan pengertian kesadaran yang tumbuh dalam diri seseorang untuk selalu rendah hati, tidak bersikap tinggi hati berhadapan dg siapa saja. Jadi jangan memiliki sifat mudah lupa diri (melupakn jasa orang, tak tahu diri, sok penting, sok suci, dan sok yang lainnya) sehingga dengan seenaknya menyakiti hati sesamanya.
Orang semacam ini (sok kaduk ati) akan terjauhkan dari Taufiq dan Hidayah Tuhan YME. Buktinya sering dirundung kesusahan dan keruwetan dalam hidupnya yang dia temui hanya jalan buntu nan bertepi, fikiran dan hatinya gak pernah menemui ketenangan dan kebahagiaan serasa dunia ini hanya berisi musuh dan perusuh bagi dirinya.
Ojo Kegedhen Rumongso (jangan kebesaran perasaan) : ojo (jangan) kegedhen (kebesaran) rumongso (perasaan), kesadaran yang tumbuh dalam hati seseorang yang tidak merasa tersanjung dengan kelebihan yang ada pada dirinya. Karena adanya kesadaran pada dasarnya, manusia tidak bisa apa-apa buktinya pengetahuannya tidak akan menjangkau seluruh isi alam, manusia bisanya cuma mengaku dan merusak apa yang ada. Kalau masih membantah silahkan buat baju lakukan sendiri semuanya mulai dari membuat ulatnya (ciptakan sendiri ulatnya) sampai jadi baju berbahan sutra.
Kelemahan orang yang gampang kegedhen rumongso adalah pemahaman spiritualnya tidak akan pernah meningkat malah cenderung menurun dan akhirnya jadi orang yang gelap hatinya. Dan akan terjauh dari tuntunan Tuhan YME, tandanya dia selalu membanggakan masa lalunya karena saat ini dan kedepan gak ada yang bisa dibanggakan dan diharapkan, suka berkutat dengan persoalan yang sama secara terus menerus seakan – akan itulah persoalan besar.
Pengamalan 3 Landasan Sikap Kemanusiaan tersebut memiliki hikmah yang sangat besar yang akan menuntun manusia mampu memaksimalkan potensi kemanusian yang ada pada dirinya, hal ini karena ada faktor X (Tuhan, Dewa, Malaikat, atau yang lainnya) yang ikut membantunya. Disamping juga untuk membentuk konsep diri yang positif, gak gampang terjebak dengan kebanggaan diri yang akan membuat terlena dan lalai bahwa masih banyak hal lain yang harus dia pelajari dan kuasai guna menjadi manusia yang benar – benar berkualitas dan kompetitif.
5.3.4. Unsur Sikap Dasar Kemanusiaan dan Konsep Diri
Pada intinya konsep diri bersifat fleksible dan elastis yang selalu berkembang kearah penyempurnaan jiwa dan mental sejalan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, dan tingkat pengertian yang dialami manusia itu sendiri. Tidak akan menemui kearah kesempurnaan jati diri jika manusia menutup diri dari perkembangan dan perubahan yang terjadi diluar dirinya, baik yang berupa keilmuan yang belum dipahami dan keadaan yang mengitari diri manusia itu sendiri.
Dari persepsi diri, konsep diri, dan pola pikir inilah muncul manusia sukses, manusia yang gagal, dan manusia yang penuh kejumudan atau kebodohan (pembodohan diri sendiri) serta keterbelakangan taraf berfikir. Penyebab utama kejumudan dan keterbelakangan taraf berfikir manusia dikarenakan adanya pembatasan dan ketertutupan yang disebabkan konsep lama yang dia dapat sebelumnya. Dan konsep tersebut tidak memberikan ruang kemerdekaan bagi yang meyakininnya untuk berfikir terbuka dan realistis, hingga menimbulkan ketakutan bagi yang meyakini konsep tersebut untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu yang pada kenyataannya sangat dibutuhkan oleh semua manusia.
Kerangka fikir semacam ini lebih sering menimpa manusia yang merasa paling beragama, padahal yang terjadi sebaliknya. Manusia macam inilah yang merusak dan menjadi racun bagi manusia dan menjadi perusak makna agama yang sesungguhnya. Makna agama dimaknai sesempit pemikirannya dan sepicik fikiranya.
Seandainya dibolehkan dan seandainya semua manusia mengetahui makna dan arti agama yang sesungguhnya pasti orang – orang atheis tidak akan pernah mengatakan agama adalah racun bagi manusia, bahkan dengan pasti dia akan mengatakan yang sebaliknya yakni bahwa agama adalah madu bagi manusia. Sebab hanya orang beragama yang jumud (bertahan dengan pendapatnya yang gak jelas dasarnya) yang menjadi sebab kebanyakan manusia menghindari untuk belajar dan mendalami agama yang merupakan kebutuhan hakiki dari kebutuhan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar